.....?



bulan terus bersinar itulah harapan
namun mendung pastilah kan datang
tawa teruslah ada
namun mungkinkah iya

sesal tak pasti
sesal pasti mati
tak usah kau peduli
melangkahlah dengan pasti

kenapa air mata
kenapa bukan tawa
semua itu bukan luka
dan itu bukan duka
itulah yang kita minta

mati itu pasti
mengapa kita meragui
semua itu ada
kenapa kita tak merasa



jiwa




aku telah gila dengan semua ini
hilanglah sudah semuanya
aku mencari dimana kau kini
yang telah hilang selama ini

aku melihahat
dan aku pun merasa
aku berpikir
seperti mereka
tapi...
aku temukan sunyi dalam semua itu

aku benci
ku maki
tapi pastinya kulalui dengann mencari

dimanakah kau kini jiwa yang hilang


UNTUKMU PERI JALANAN


selalu diam dan terbesit untuk bertanya
siapakah aku....?
siapakah kamu.....?

 ternyata..
 kita sama
 sama akan punya rasa
 rasa dari sang perasa

aku hitam
dan munkin kau putih
tak apa





hitam biarlah menjadi hitam
putih biarkah menjadi putih

kamu bukanlah abu - abu
kenapa kau harus malu

semua melihatmu dengan pandangan - pandangan yang menuntut akan sebuah martabat
tapi sesungguhnya engkaulah yang mempunyai martabat
dan mereka tidak....

mereka buta karena tak dapat merasa
akan apa yang kau rasa

dinginya malam selalu menjadi teman dalam kelam
engkau sang penakluk hati mereka yang diperbudak akan mater


untukmu...


aku tau kau mau
aku tau aku yang malu


            malu akan kepekatanku
            malu akan semua yang ada padaku
            aku bisa merasa
            tapi aku takan memaksa
            semua atas kehendaknya

aku pilu kau terharu
aku rindu kau tersipu


tapi......
akankah kau yakin padaku
akankah kau mengerti akan diriku


engkau benar - benar sang dewi


ketika terik sudah memuncak dan rasa haus menghiasi tenggorokan
aku melihat keretamu memenuhi pelataran gubukku dan hanya ada rasa
tak mau tau yang ada dalam hatiku ku tak tau siapa dirimu dan akupun tak mau tau.


tawa meledak dan terbahak menghiasi teras gubug
tawa mereka yang telah penat akan beberapa materi pada waktu itu
canda dan gurau yang merekatkan rasa kekerabatan yang tiada hari terlewatkan
tiba saat berpisah dan spontan terucap janji untuk temu kembali


langkah gontai mulai melangkah
melangkah menuju pintu yang telah menjadi saksi
hilir mudik para hamba
entah bertujuan apa....?




kricik .... kricik....
suara gemricik air
dua tangan menadah dan membasuh beberapa bagian tubuh
bersiap untuk menghadap empu sang alam raya yang tak pernah lelah dan terus waspada
gerak demi gerak beraulan dengan alunan hidup walau rasa khusuk entah sedang kemana

yah....
rasa lelah itu masih ada dalam diri ini
dan buaian sang waktu berkombinasi timang - timang alam
membuat mata nikmat untuk terpejam


sayup... sayup...
suara lembut merasuk kedalam lobang telinga
suara itu semakin jelas
suara itu tak asing lagi
oh.....
rupanya suara itu
suara yang selalu memberikan kasih sayang
suara yang selalu menimang - nimang
suara yang selalu segar terdengar....
ibu .....
iya itu suaramu ibu.....
wanita anggun dengan lentik menghiasi indra pemandanganya
bibir manis yang selalu tersenyum dan bertutur lembut walau engkau terluka
dan kehalusanmu yang memecahkan hati karang yang selalu menjulang
kehalusan suaramu telah mengglitik
dan membangunkan mata yang terlelap
untuk melihat dan merasakan dunia ini lebih manis dari pada buaian mimpi


langkah goyah dan lunglai
karena alam bawah sadar masih memepengaruhi sebagian akal dan fikiran
secara otomatis dan spontan
mata ini ....
mau tidak mau langsung terbuka dan terbelalak
melihat keindahan seorang bidadari ...
yah ....
itu engkau dewi.......


dengan duduk disampingmu
rasa malu semakin tebal menyelimuti
gelisah terus menerus hingga menjadi rasa was was


untaian demi untaian kata
terucap dari bibir lelaki bijak
sungguh bahagia ia yang telah melahirkan putri sepertimu
ucap terus berucap
kata terus berkata
merubah suasana hati yang semakin malu
menjadi keras bagai batu kali
munculah bibit - bibit rasa benci


semakin tak tau harus kemana melaju
rasa bebas dan insan merdeka telah hilang sekejap waktu
rasa ingin tau terus melekat
apa maumu dan apa yang ada dibenakmu dikala itu


bagai dua sejoli terpisah oleh waktu
bertemu melepas akan rindu
itu yang terpancar dari wajahmu


kanan entah kemana
kiri kini telah pergi
depan menghantui
belakang hanya sisa dan penuh akan bayang
entah kemana arah itu seakan menjadi semu


bengis dan sadis
keras dan buas
engkau tampik semua itu dengan semyum
semyum yang lembut dan manis
dikit demi sedikit mengglitik hati


ah ......
siapa kamu
mau apa kamu


waktu terus berlalu
hati semakin terusik oleh tingkah laku diri
perubahan harus ada
merdeka harus nyata


aku datang kekota itu


gunung raung yang menjulang
kawah ijen yang tak lagi mau disapa
ketika sang mentari mulai terbuai
patirana yang semakin tak terjamah
akan tetapi diamu menghiasi lembutmu


kaki mulai menapak
dimana adat budaya dan bahasa tak lagi sama
terikat oleh suatu rasa
rasa kebersamaan dan tak kenal apa itu putus asa


embun merasuki tubuh
tak terasa menanti subuh
inilah awal baru yang harus ditempuh
inilah kekjama semu untuk menghadapi dunia yang penuh akan palsu
waktu tak lagi menunggu
waktu telah manja
hingga menjemput senja




disini bermula rasa berani muncul
ketika melihat engkau yang terjaga
pemjaga biling segala urusan
daru urusan rindu hingga urusan materi
ada semua disana

ciptaan sang pencipta memang tiada duanya
aku terpesona ....
dengan ciptaanmu sang empu alam......


ida...
yang insan itu bernama ida
sempat takjub melihat itu


hari terlalui
waktu terjalani
jalan tertapaki
sunyi dalam bisu
bisu karena lidah kaku
ingin mengatakan sesuatu yang mengganjal dihati
melihat orang yang dicinyai


rasa yang sempat hilang datang kembali
gelar sang kawan melekat lagi
gila.....
yah memang gila
dan itu yang terlintas dalam benakmu
ketika sebuah kejujuran hati terucap
dari bibir yang penuh pekat
jawaban bukan tujuan utama
yang utama rasa untuk membuka rasa yang ada dihati
tak lagi menghantui kembali


jam dinding terus berputar
rasa jemu dan bosan menjadi bayang - bayang
sebuah keputusan harus ada
dan pasti adanya

tanpa ragu
masih membisu
kaki ini tinggal kan kotamu
see you letter
patirana yang terus diam
ijen yang terus manja
raung yang melukiskan kesejatian


engkau benar - benar sang dewi


tanah ini tak asing lagi
untuk menapakan kaki
karena memang tanah ini yang telah lama
hilang dari ingatan
semua ada disini
coretan histori kembali membayangi diri
dari si adi, grandong, gembil,budi (semoga kau ditenang disana aku menangis jika ingat akanmu)
oh ya takan ku lupa engkau dewi....

apakah sudah punya pacar...?
atau sudah menikah....?
tanya dan terus bertanya dalam hati ini
rasa bimbang dan seakan rindu menjadi kelambu

lelah ...
ingin merebah...

sebuah konter disebrang jalan
memancarkan aura menarik diri untuk mendekati
"mba pulsa 10 ribu"
hanya itu yang terucap
dan .....

oh............
dag.... dig..... dan dug.....
irama yang ada dalam hening untuk sementara waktu
dewi itukah dirimu

senyum ramah
aura kelembutan
masih ada pada dirimu
serasa pelet sejati melekat dan mempengaruhi

dalam hati
yang lalu biarlah berlalu
ini sebuah awal yang baru

basa basi remaja kala itu menghancurkan gunung es hening yang menjulang
tawa renyah dan gurau menghangatkan suasana
kenapa waktu cepat berlalu
protes hati dan triakan tak ingin beranjak terus menghantam -hantam dalam jiwa

rasa rindu terhadap wanita yang selama ini membuai
mampu mengalahkan sang waktu

biarkan kaki ini melangkah
mencari apa yang ia cari
menemui apa yang harus ia temui

sampai juga digubug tua
dimana para manusia didalamnya
melepas akan lelah
memecah hening dengan tawa
merasuk hati dengan kata
yah itu lah keluarga yang selama ini
ada dalam rindu yang semakin mengebu

ko kok ayam terdengar
dendang subuh mengglitik telinga
fajar telah datang kembali
putaran waktu yang tiada henti

terus melamun dalam sunyi
langkah sang kaki tak tau lagi
kemana akan menapak
suara itu datang kembali
suara yang telah terkeburur selama tiga tahun
mengusik hati ini kembali

tak disangka hari itu
kata jujur hatimu
mampu menghilangkan pilu
sebuah janji terucap
dalam diri dua insan

oh ... tuhan
mengapa baru hari ini engkau tunjukan
kebesaran sebuah cinta yang tiada dua ini
kepada insan
yang selalu pilu
selalu menanti dan mencari
akan makna sejati

indah dirasa
nikmat diri ini terlena
dalam buaian asmaramu (dewi)

rasa sesal terus bergejolak
rasa nista dan malu terus menyiksa
engaku telah tersia - sia
engkau telah terlupakan
tapi....
rasa cintamu sungguh besar pada diri ini
rasa cintamu yang merubah kehidupan ini
pilu sedih duka takan datang lagi
karena hadirmu disisi
betapa agung ciptaanmu tuhan
syukur terucap
ketika memandang wajahnya
tak sanggup untuk melupakanmu dewi........

hari itu
hari yang takan pernah diinginkan

hari itu
senyum kelembutanmu
belaian tangamu
mebelai rambut ini
ucapanmu yang mampu merubah semua
matamu yang selalu tajam memandang
memandang dalam kasih sayang
wajahmu yang terus mengisi hati
semua itu telah hilang
semua itu tiada lagi
kembali sepi
kembali terperangkap dala lubang hitam

engkau telah kembali kesisi si empu alam ini
tak mampu untuk merebutmu kembali
hanya rasa ini yang tersisa
hidup dalam belenggu rindu
hidup dalam belenggu menanti
untuk bertemu kembali
aku rindu padamu dewi....................

ku tulis ini untukmu dewi, semoga kau tenang di sampingnya
aku rindu akan belaianmu
aku rindu akan kata - katamu
aku rindu aka lentik matamu

akan kunanti dimana hari itu kita akan bertemu
aku tak bisa menghapus dan membuka diri dari belenggu rinduku
hanya kamu yang kunanti
walau kau selalu hadir dalam bayang mimpi dan dalam bayang semu
ketika aku mulai kembali terperangkap dalam pilu

dewi cintaku untukmu.....
aku sudah mencoba tapi aku tak mampu
aku takan melupakanmu
dewi semoga kau masih mau hadir dalam mimpiku
untuk mengobati rasa rindu
yang selalu membelenggu
tetesan air mata entah sudah berapa kali membasahai
hanya satu
aku rindu pada mu