gunung raung yang menjulang
kawah ijen yang tak lagi mau disapa
ketika sang mentari mulai terbuai
patirana yang semakin tak terjamah
akan tetapi diamu menghiasi lembutmu
kaki mulai menapak
dimana adat budaya dan bahasa tak lagi sama
terikat oleh suatu rasa
rasa kebersamaan dan tak kenal apa itu putus asa
embun merasuki tubuh
tak terasa menanti subuh
inilah awal baru yang harus ditempuh
inilah kekjama semu untuk menghadapi dunia yang penuh akan palsu
waktu tak lagi menunggu
waktu telah manja
hingga menjemput senja
disini bermula rasa berani muncul
ketika melihat engkau yang terjaga
pemjaga biling segala urusan
daru urusan rindu hingga urusan materi
ada semua disana
ciptaan sang pencipta memang tiada duanya
aku terpesona ....
dengan ciptaanmu sang empu alam......
ida...
yang insan itu bernama ida
sempat takjub melihat itu
hari terlalui
waktu terjalani
jalan tertapaki
sunyi dalam bisu
bisu karena lidah kaku
ingin mengatakan sesuatu yang mengganjal dihati
melihat orang yang dicinyai
rasa yang sempat hilang datang kembali
gelar sang kawan melekat lagi
gila.....
yah memang gila
dan itu yang terlintas dalam benakmu
ketika sebuah kejujuran hati terucap
dari bibir yang penuh pekat
jawaban bukan tujuan utama
yang utama rasa untuk membuka rasa yang ada dihati
tak lagi menghantui kembali
jam dinding terus berputar
rasa jemu dan bosan menjadi bayang - bayang
sebuah keputusan harus ada
dan pasti adanya
tanpa ragu
masih membisu
kaki ini tinggal kan kotamu
see you letter
patirana yang terus diam
ijen yang terus manja
raung yang melukiskan kesejatian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar